BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Kamis, 29 September 2011

Tangisan Pahit di Bulan Syawal


Malam ini takbiran berkumandang di masjid masjid, orang-orangpun berbondong bondong dating ke masjid untuk menyerahkan zakat fitrah. Aku bersama ibu berjalan kaki menuju masjid, setelah dari masjid kita pulang, dan langsung berkemas untuk mudik ke kakek dan nenek.

Perjalanan ditempuh dengan menggunakan mobil, sesampainya kami sekeluarga di tempat, kami menaruh barang bawaan di kamar yang akan kami tempati untuk istirahat.

Semakin larutnya malam akhirnya memutuskan untuk istirahat. Jam 04:00 pagi, keluargaku bangun untuk mandi, solat subuh, dan bersiap siap untuk berangkat Solat Idul Fitri, kakek membagi uang lembaran Rp. 2.000 sebanyak 5 lembar untuk dimasukkan ke kotak amal.

Jam 05:30 kami pun berangkat ke masjid. Solat Idul Fitri suasananya begitu hikmat. Suara takbir terus berkumandang sampai Solat Idul Fitri akan dilaksanakan.

Setelah pulang dari Solat Idul Fitri akupun mengecek Handphone yang seketika penuh dengan ucapan Lebaran, dengan cepat aku segera membalas pesan-pesan tersebut, dan dari semua temanku hanya Dyan yang tak mengirim ucapan lebaran, padahal setiap tahun dia selalu ingat. Ku coba untuk mengirim pesan ke Dyan tapi tak kunjung ada balasan.

Beberapa hari berlalu keluargaku memutuskan untuk pulang ke rumah, agar dapat bersilahturahmi dengan tetangga yang ada di rumah. Sesampainya di rumah badan terasa capek dan pegel, akhirnya kami memutuskan untuk istirahat sejenak untuk menghilangkan rasa lelah.

Tepat pada H+7 Dyan pulang dari mudiknya, tadinya aku ingin cepat cepat datang dan mengucapkan minal aidzin, tapi mantan pacarnya dia dulu datang duluan di rumah Dyan. Rasa kesal, kecewa, marah, tersimpan dalam hati.

Paginya Dyan sedang di teras dan melihatku lalu memanggil,”ari !!!”, “ya…” jawabku. Dyan langsung bilang,”assalamualaikum ri… minal aidzin yah sol barang kali aku punya salah sama kamu.”, “waalaikumsalam oh iya…” jawabku lagi. “ehm… ri aku balikan lagi lho sama dia.” Pamernya, ”katanya sudah tobat.” Sindirku.

Kembalinya Dyan ke mantan pacarnya, mengembalikan Dyan ke sifat dahulunya, rasa percayaku dan rasa peduli itu hilang seketika, hanya perasaan kecewa yang terasa dan aku selalu bertanya dalam hatiku,”apakah aku sia sia ngomong seperti itu?” tak terasa akupun meneteskan air mata yang pahit bila dirasakan, dan aku selalu mengingat kata terakhirku pada Dyan,” aku sudah tak mau peduli jika kamu kenapa kenapa.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar