BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Kamis, 29 September 2011

.


SEKOLAHKU KENANGANKU

3 TAHUN SUDAH AKU DISINI
BERDIRI DI SINI …
PUTIH ABU ABU ADALAH SERAGAM TERAKHIR
YANG KU GUNAKAN …
SEDIH RASANYA MENINGGALKANNYA
PENGEN MENGULANG TAPI GAK BISA
TEMAN TEMAN…
KENANGLAH AKU…
INGATLAH AKU SAAT  APAPUN
KARNA HIDUP PALING INDAH
PUTIH ABU ABU...













Tangisan Pahit di Bulan Syawal


Malam ini takbiran berkumandang di masjid masjid, orang-orangpun berbondong bondong dating ke masjid untuk menyerahkan zakat fitrah. Aku bersama ibu berjalan kaki menuju masjid, setelah dari masjid kita pulang, dan langsung berkemas untuk mudik ke kakek dan nenek.

Perjalanan ditempuh dengan menggunakan mobil, sesampainya kami sekeluarga di tempat, kami menaruh barang bawaan di kamar yang akan kami tempati untuk istirahat.

Semakin larutnya malam akhirnya memutuskan untuk istirahat. Jam 04:00 pagi, keluargaku bangun untuk mandi, solat subuh, dan bersiap siap untuk berangkat Solat Idul Fitri, kakek membagi uang lembaran Rp. 2.000 sebanyak 5 lembar untuk dimasukkan ke kotak amal.

Jam 05:30 kami pun berangkat ke masjid. Solat Idul Fitri suasananya begitu hikmat. Suara takbir terus berkumandang sampai Solat Idul Fitri akan dilaksanakan.

Setelah pulang dari Solat Idul Fitri akupun mengecek Handphone yang seketika penuh dengan ucapan Lebaran, dengan cepat aku segera membalas pesan-pesan tersebut, dan dari semua temanku hanya Dyan yang tak mengirim ucapan lebaran, padahal setiap tahun dia selalu ingat. Ku coba untuk mengirim pesan ke Dyan tapi tak kunjung ada balasan.

Beberapa hari berlalu keluargaku memutuskan untuk pulang ke rumah, agar dapat bersilahturahmi dengan tetangga yang ada di rumah. Sesampainya di rumah badan terasa capek dan pegel, akhirnya kami memutuskan untuk istirahat sejenak untuk menghilangkan rasa lelah.

Tepat pada H+7 Dyan pulang dari mudiknya, tadinya aku ingin cepat cepat datang dan mengucapkan minal aidzin, tapi mantan pacarnya dia dulu datang duluan di rumah Dyan. Rasa kesal, kecewa, marah, tersimpan dalam hati.

Paginya Dyan sedang di teras dan melihatku lalu memanggil,”ari !!!”, “ya…” jawabku. Dyan langsung bilang,”assalamualaikum ri… minal aidzin yah sol barang kali aku punya salah sama kamu.”, “waalaikumsalam oh iya…” jawabku lagi. “ehm… ri aku balikan lagi lho sama dia.” Pamernya, ”katanya sudah tobat.” Sindirku.

Kembalinya Dyan ke mantan pacarnya, mengembalikan Dyan ke sifat dahulunya, rasa percayaku dan rasa peduli itu hilang seketika, hanya perasaan kecewa yang terasa dan aku selalu bertanya dalam hatiku,”apakah aku sia sia ngomong seperti itu?” tak terasa akupun meneteskan air mata yang pahit bila dirasakan, dan aku selalu mengingat kata terakhirku pada Dyan,” aku sudah tak mau peduli jika kamu kenapa kenapa.”

I'M ALWAYS NOTHING IN YOUR EYE'S

Pagi itu seperti biasa aku membantu ibu berjualan di pasar, Ayahku sudah meninggal aku tinggal bersama ibuku. Hidupku serba kekurangan, utang pun dimana mana kadang kami bingung untuk membayarnya, kami kesusahan setelah ayah meninggal.

2 tahun sudah berlalu umurku sudah beranjak dewasa dan aku menikah dengan seorang pedagang sama seperti ibuku, dia sangat baik dan perhatian tapi setiap kali aku diajak untuk main ke rumah orang tuanya terkadang aku tidak mau, karna orang tuanya tidak terlalu menyukaiku, orang tuanya pun terkadang mengatakan padaku “YOU ALWAYS NOTHING IN MY EYE’S” kata kata itu selalu terniang dalam pikiranku walau suamiku tak pernah mengetahui hal tersebut.

Aku sudah mempunyai anak 2 kami hidup bahagia, selang beberapa minggu ibuku meninggal dan aku sangat sedih sekali, disaat ibuku meninggalpun, ibu dari suamiku hany melayat selayaknya orang lain. Aku heran kenapa aku selalu tidak ada dimatanya saat aku bertanya padanya dia hanya menjawab “SAYA TIDAK PERNAH MERESTUI KAMU DENGAN ANAKKU !! CAMKAN ITU !!!”

Aku menangis dan hampir meminta cerai, suami menyuruhku untuk bercerita tentang apa yang sedang terjadi kepadaku. Setelah aku menceritakannya ternyata dia hanyalah ibu tirinya dan bukan orang tua kandungnya, suamiku pun tidak suka dengan ibunya.

Semenjak aku tahu semuanya aku tak pernah lagi sakit saat orang tuanya berkata seperti itu padaku. Hidupku pun bahagia selamanya.
Terima kasih untukmu
Kamu selalu ada…
Kamu selalu hadir…
Kamu berikan pengalaman dari
Yang terindah sampai yang pahit.
Senyumanmu hiasi hidupku
Pandangan matamu cerahkan hariku
Kata katamu buatku selalu semangat jalani hidup
Aku susah bila kamu gak ada
Aku saying kamu..
Kemaren…
Sekarang…
Dan nanti…
I always love you…

Kamis, 15 September 2011

Sahabat Pengkhianat di Bulan Ramadhan

Malam ini, taraweh pertama aku dan sahabatku, Dyan namanya. Kita berjanji bahwa akan taraweh bersama-sama, saat di masjid dia bercerita kepadaku, “ri, aku janji mau merubah sifatku yang dulu, aku gak mau terpengaruh pacarku untuk pergi di malam hari lagi.”, “aku terima janjimu.” Jawabku.

Seminggu telah berlalu, Dyan mulai berubah tetapi setelah dia menerima sms dari pacarnya, dia mengingkari  janjinya. Akupun tak dapat menegurnya lagi, dia gak mau menghiraukan ucapanku lagi.

Dyan tiap malam mulai tidak tampak di masjid lagi, karna aku curiga akupun ke rumahnya. “assalamualaikum wr.wb.” ucapku, Dyan menjawab, “wa’alaikumsalam wr.wb.”, “kenapa kamu tidak pernah taraweh, apa kamu lagi halangan?” balasku, “oh tidak… tidak… aku sudah halangan minggu lalu, aku pergi ri sama pacarku tiap malam jadi aku tidak sempat  untuk taraweh.” Tanpa beban dia berkata begitu padaku, “loh, bukannya kamu mau berubah tidak seperti dulu lagi? Lagi pula pacarmu tidak taraweh?” ucapku pada Dyan. “ya, namanya cinta ri.” Sambil tersenyum dia menjawab pertanyaanku, dalam hatiku menjawab, “astagfirullahala’dzim sahabatku berkhianat denganku, ternyata aku salah menilainya.”

Aku berdoa semoga Allah S.W.T menyadarkan sahabatku. Sebenarnya aku prihatin sama Dyan tapi jika aku menegur yang berlebihan dikira aku ikut campur urusan hidupnya Dyan.

Penghinaan dan pelecehan dilontarkan dari tetangga-tetangga dari sebelah rumah Dyan, tapi dia tetap saja tidak menghiraukan, tidak tahu mengapa Dyan bertengkar dengan pacarnya dan akhirnya putus.

Malamnya Dyan berangkat ke masjid untuk taraweh, Dyan menempatkan diri tepat disebelahku, “assalamualaikum wr.wb.” ucap Dyan padaku. “walaikumsalam wr.wb.” balasku. “aku disebelahmu ya…?” kata Dyan, “ya, tumben kamu taraweh, gak pergi sama pacarmu?” aku mencoba menyindirnya, “enggak  aku sudah putus, aku nyesel gak mau denger omongan kamu, namaku juga sudah jelek, aku harus bagaimana? Aku bingung, tolong aku ri.” Dyan sambil menangis bercerita padaku. “minta maaflah sama Allah S.W.T, dan kamu jangan mengulainya lagi, anggap saja ini khilaf kamu.” Balasku, “ya ri… makasih aku tahu kamu sahabat terbaikku walau aku sudah berkhianat sama kamu, maafin aku ya ri…” ucap Dyan, “jangan minta maaf sam aku, kamu gak punya salah sama aku.”

Akhirnya aku sama Dyan bersama lagi dan Dyan sudah berubah dari malam itu dan entah sampai kapankah akan bertahan.